Puisi Dessy Listiani

Kumpulan Puisi Dessy Listiani



Hanya Dusta



Dulu kau pernah mengucap

Hanya diriku satu

Bidadari dalam hati mu

yang mampu sirnakan sepimu



Dulu kau pernah berjanji

untuk selalu menyayangiku

Dengan sepenuh hati

meski suatu saat nanti aku tak dapat lagi

memberikan kasih dan sayangku

untuk mu



meski kecewa selalu aku tanamkan

meski luka selalu aku goreskan

kau berjanji

akan selalu berada di dekatku

menemani hariku

untuk melangkah maju bersama sang mentari



Namun kini...

Kemana semua janji mu..??

kemana ucap manismu dulu..??

mengapa kini engkau pergi

ketika aku tengah menguji

ketulusan dari segala ucapan mu



kini aku meragu

pada semua ucap dan janji

yang kau ungkap pada ku

kini aku merasa ragu

pada janji yang ada

pada ketulusan yang nyata



semua terlihat seperti bayang semu

yang selalu menggantung dalam hidup

sebagai pelengkap dari kepalsuan





Jika Benar



Setiapkali aku bersamanya…

Hatiku gemetar..

Dan degup ini…

Kian tak menentu rimanya…

Sempat aku bertanya..

Apakah arti dari rasa ini.??

Apa cinta..??

Atau…

Hanya rasa nyaman semata..??

Telah aku menilik…

Pada hati dan serambi jiwa

Namun tak jua aku menemukan

Jawab dari segala tanya hati



Jika benar…

Rasa ini cinta

Janganlah biarkan aku buta

buta oleh sang rasa

biarlah aku tegar menjalani

pahit manis dari romansa hidup



Jika benar…

arti getar ini cinta

ijinkanlah aku menjaganya

Walau sang jiwa tak pernah tahu

Akan rasa ini..

Namun…

jangan biarkan aku terperosok

Pada lubang yang nista

Lubang gelap yang penuh derita

Dan sesal yang selimuti dada





Sebuah rasa



Aku tak pernah mengerti dengan rasa yang menguasai hati



Apakah aku harus marah dan membencinya?



atau memaafkan dan tersenyum kembali padanya?



Aku tak tahu apa yang ada dihadapku?



apakah rasa sayang atau ungkapan dari kebencian?



hati ini bergetar



degup pun kian kencang nadanya



Entah harus bagaimana aku hadapi sebuah rasa yang menikam hati



kata demi kata kian menghujam hati



menumbuhkan perih dan pedih yang menyayat hati



melelehkan mutiara yang menghujani pipi



semua rasa hilang tak berarti



tak bermakna



hatiku sakit memendan amarah yang tak bisa terucap



menahan benci yang tak bisa aku ungkap



namun sosok jiwa di depanku tak pernah mengerti



ia hujani hati ini dengan bisa api



dan sekarang masihkah aku harus tetap bersabar?



untaian kata tak terjaga terucap lagi oleh sang jiwa



membuatku mati pada sang rasa



ingin berbalik aku menikam



namun heti gemetar



tak sanggup aku ungkap kebencian dan amarah pada sang jiwa



hanya mampu aku menahan



sebuah luka yang tercipta dari bisa api yang ia tanam



hatiku kembali merintih merasa sakit



ketika sebuah kata terucap oleh lisan yang tak terjaga



mutiarapun kembali terjatuh



mengiringi sakit dari hati yang tertikam



tapi....



aku tetap tak dapat mengungkap melalui sebuah kata



sebuah rasa sakit dari untaian kata yang telah terucap



hanya dapat aku hapus sebuah rasa bersama tetes air mata



yang mengalir jatuh tak bermakna



dan tak meninggalkan arti

0 komentar:

Posting Komentar