Puisi Heri Kurniawan




Ku petik ku putik bunga



Dan terantuk ku anak lebah yang mengamuk

Kusadar rasa ku pada mu yang juga berkecamuk

Pedih hati ku rasa tercambmuk

Mengingat tabiat mu yang kadang buruk





Ego mu yang kau iyakan

Angkuh mu yang kau anggukkan

Amarh mu yang tak terarahkan

Pada ku akhir nya kau lampiaskan





Bingung smuanya akhir nya tak terpikirkan

Menuruti mau mu yang belum bisa ku turutkan

Hancur ku rasa perasaan

Apa ini harus ku acuhkan??





Kata mu yang sering mengancam

Buat hati ku rasa di tikam

Seperti kain yang mulai kusam

Ku rasa suasana makin mencekam





Kadang ingin ku pertanyakan

Apakah setan yang kau perturutkan

Membawa ku juga pada kesesatan

Berdua kita masuk neraka jahannam

Duhai wanita pujaan





Rencana.,,,,,



Berubah jadi bencana ,,yang tidak akan bisa dicerna,,

Dan semakin membuat aku terpana

Menyaksikan orang – orang durjana tertawa dengan pipi yang merona

Karena dosa yang berwarna dan bukan dianggap noda,,,





Aku tertawa ikut terbawa,,

Dalam dunia hampa tanpa hawa





Aku benar-benar mati,,,,





Pagi menjelang,,menyadarkan disiang aku pasti terpanggang,,

Sore pun datang sebentar lagi malam akan terasa panjang

Tenang ku hilang,, ku lihat resah mulai terpampang

Mendapati tubuh ku yang bertelanjang

Menghadapi dosa yang tak terhalang





aku takut mampus,,,

seperti ikan yang di kukus diatas api yang memberangus

tiada kata yang cukup bagus

untuk menutup dosa yang terbungkus,,,,





aku benar-benar mati,,,





Cick cick cick,,,



Suara air berdecik,,,





Ccak,,ccak,,ccak,,,

Suara cecak pun terdengar kocak,,,





Ccok,,,ccok,,,ccok,,,

Aku orang batak di panggil nya ucok,,,





Ccek,,,,ccek,,,,ccek,,,,

Kenapa telepon ku kau reject,,,





Ccuk,,,,,ccuk,,,,,ccuk,,,,,

Semoga kau terbujuk,,,,,





Kau dusta, aku setia



Kau jujur, aku merasa mujur





Aku takut belati menusuk hati ku yang kalut

Aku takut

Terasa katamu yang mulai kusut





Bohong,,terasa otak mu mulai kosong

Ingkar, ku rasa hati mu tak bersinar





Muja-muji, untuk apa janji-janji

Bolak-balik, untuk apa berbisik-bisik

Kata-kata terasa seperti petaka

Sumpah pun terasa seperti sampah





Terbiasa aku menerima yang biasa

Binasa aku menerima yang luarbiasa





Merasa gunung bisa ku ratakan

Merasa laut bisa ku keringkan

Ku sadar diri aku kau hinakan

Ku cecar akal ku yang kau dangkalkan





Tinggi angan ku rancangkan

Rendah nyata yang ku hasilkan

Untuk apa ku pikirkan

Aku berjalan

Kau memalingkan





Untuk apa ku berfikir

Tentang rasa yang kau beri pun terasa kikir





Untuk apa ku berkoar

Setiap kata yang kluar pun kau bilang sumbar





Untuk apa ku mengemis

Matipun aku kau tidak manangis

0 komentar:

Posting Komentar